Pages

Friday, 14 October 2011

Kepemimpinan Dalam Manajemen

A.     BAB I (pendahuluan)

Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Padahal di antara keduanya terdapat perbedaan yang sangat penting untuk dipahami. Kepemimpinan mempunyai pengertian yang sedikit lebih luas dibandingkan dengan manajemen karena kepemimpinan bisa digunakan setiap orang dan tidak terbatas dalam suatu organisasi tertentu saja. Sedangkan manajemen merupakan kepemimpinan yang dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan dengan pemikiran suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya ini memang sebagian besar tergantung pada kepemimpinan. Terdapat banyak faktor yang bisa menentukan keberhasilan pemimpin dalam mencapai tujuannya. Salah satunya adalah gaya kepemimpinan.

Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting.

Sementara itu digambarkan pula bahwa pemimpin itu adalah penggembala, dan setiap pengembala akan ditanyakan tentang perilaku pengembalaannya. Ungkapan ini membuktikan bahwa seorang pemimpin apapun wujudnya, dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Pemimpin seperti ini lebih banyak bekerja dibandingkan berbicara, lebih banyak memberikan contoh-contoh baik dalam kehidupannya dibandingkan berbicara besar tanpa bukti dan lebih banyak berorientasi pada bawahan dan kepentingan umum dibandingkan dari orientasi dan kepentingan diri sendiri.

Kepemimpinan kadangkala, diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Lebih jauh lagi George R. Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.

Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebagai terjemahan dari power telah menurunkan suatu minat yang menarik untuk senantiasa didiskusikan sepanjang evolusi pertumbuhan pemikiran manajemen. Konsep kekuasaan amat dekat dengan konsep kepemimpinan. Kekuasaan merupakan sarana bagi pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Dalam rangka memberikan ulasan tentang hubungan yang integral antara kepemimpinan dan kekuasaan, Hersey, Blanchard dan Natemeyer merasakan bahwa pemimpin-pemimpin itu hendaknya tidak hanya menilai perilaku kepemimpinan mereka agar mengerti bagaimana sebenarnya mereka mempengaruhi orang lain, akan tetapi mereka seharusnya juga mengamati posisi mereka dan cara menggunakan kekuasaannya. Setiap organisasi apapun bentuk dan namanya, adalah suatu system yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan kekuasaannya untuk berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Setiap manajer, atau administrator, atau pemimpin adalah seseorang yang diharapkan melaksanakan beberapa jenis kekuasaan di dalam atau diatas suatu organisasi.

 

B.     BAB II (Leadership dan Management)

1.                         PERBEDAAN LEADERSHIP DAN MANAGEMENT

Perbedaan Leadership dan Management, management sebagai suatu proses pencapaian tujuan organuisasi lewat usaha orang-orang lain. Manajer itu dapat diterapkan pada setiap organisasi, apakah organisasi perusahaan, pendidikan, rumah sakit, organisasi politik, dan bahkan keluarga. Supaya dapat mencapai tujuan organisasi harus melewati suatu proses kegiatan kepemimpinan. Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang, walaupun demikian antara keduanya terdapat perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada hakikatnya kepemimpinn mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan didalam usahanya mencapai tujuan organisasi, kunci perbedaan antara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap saat dan diamana pun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Dengan demikian kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau tujuan kelompok dan itu bisa saja sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi. Seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin.

Manajemen itu dapat diterapkan pada setiap organisasi, apakah organisasi perusahaan, pendidikan, rumah sakit, organisasi politik, dan bahkan keluarga. Supaya dapat mencapai tujuan organisasi harus melewati suatu proses kegiatan kepemimpinan.

Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya terdapat perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Kunci perbedaan diantara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap saat dan dimana pun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Dengan demikian kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau tujuan kelompok, dan itu bisa saja sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi. Seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin.

2.                  PERANAN MANAJER

Peran manager, menurut Mintzberg ada 3 peran utama yang dimainkan oleh setiap manager dimanapun letah hierarkinya, peranan-peranan itu antara lain Peranan Hubungan Antar Pribadi, ada dua gambaran umum yang dihubungkan dengan peran ini yaitu hal yang bertalian dengan status dan otoritas manajer, dan hal-hal yang bertalian dengan pengembangan hubungan antarpribadi. Peranan yang berhubungan dengan informasi, yaitu peranan interpersonal diatas meletakkan manajer pada posisi yang unik dalam hal mendapatkan informasi. Peranan Pembuat Keputusan, yaitu peran ini membuat manager harus terlibat dalam suatu proses pembuatan strategi di dalam organisasi yang dipimpinnya.

C.      BAB III (Penemuan-penemuan Klasik Tentang Kepemimpinan)

1.                  STUDI IOWA

Usaha untuk mempelajari kepemimpinan pada mulanya dilakukan pada tahun 1930 oleh Ronald Lippitt dan Ralph K. White dibawah pengarahan Kurt Lewin di Universitas Iowa. Dalam penelitian ini klub hobi dari anak-anak umur 10 tahun dibentuk. Setiap klub diminta memainkan tiga style kepemimpinan, yakni; otokratis, demokratis, dan semaunya sendiri (laissez faire).

Pemimpin yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu memberikan pengarahan, dan tidak memberikan kesempatan timbulnya partisipasi. Kepemimpinan seperti ini cenderung memberikan perhatian individual ketika memberikan pujian dan kritik, tetapi berusaha untuk lebih bersikap impersonal dan berkawan dibandingkan dengan bermusuhan secara terbuka.

Pemimpin yang demokratis mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan. Peminpin ini mencoba untuk bersikap obyektif di dalam pemberian pujian atau kritik, dan menjadi satu dengan kelompok dalam hal memberikan spirit.

Adapun pemimpin semaunya sendiri (laissez faire) memberikan kebebasan yang mutlak pada kelompok. Pemimpin semacam ini pada hakikatnya tidak memberikan contoh-contoh kepemimpinan.

2.                      PENEMUAN OHIO

Dalam tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis dari Universitas Negeri Ohio melakukan serangkaian penemuan dalam bidang kepemimpinan. Suatu tim riset interdisipliner mulai dari ahli psikologi, sosiologi, dan ekonomi mengembangkan dan mempergunakan Kuesioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (the Leader Behaviour Description Questionnaire,-LBDQ), untuk menganalisa kepemimpinan dalam berbagai tipe kelompok dan situasi. Penelitian ini dilakukan atas beberapa komandan Angkatan Udara dan anggota-anggota pasukan pengebom, pejabat-pejabat sipil di Angkatan Laut, pengawas-pengawas dalam pabrik, admninistrator-administrator perguruan tinggi, guru, kepala guru, pemilik-pemilik sekolah, pemimpin-pemimpin berbagai gerakan mahasiswa, dan kelompok-kelompok sipil lainnya.

Studi Ohio memulai dengan pesimis bahwa tidak ada kepuasan atas rumusan atau defenisi kepemimpinan yang ada. Mereka juga mengetahui bahwa hasil kerja yang terdahulu darinya adalah terlalu banyak beransumsi bahwa “Kepemimpinan” itu selalu diartikan sama dengan “Kepemimpinan yang baik”. Tim peneliti Ohio telah menetapkan mempelajari kepemimpinan dengan tidak memperdulikan rumusan-rumusan yang ada atau apakah hal tersebut efektif atau tidak efektif.

Staf peneliti dari Ohio ini merumuskan kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu grup kearah pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku atas dua dimensi, yakni; struktur pembuatan inisiatif (initiating structure), dan perhatian (consideration).

3.                  STUDI KEPEMIMPINAN MICHIGAN

Pada saat yang hamper bersamaan dengan Universitas Ohio, kantor riset dari Angkatan Laut mengadakan kontrak kerja sama dengan Pusat Riset Survey Universitas Michigan untuk melakukan suatu penelitian. Tujuan dari kerja sama penelitian ini antara lain untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompok, dan kepuasan anggota kelompok yang diperoleh dari partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan ini maka tahun 1947, dilakukan penelitian di Newark, New Jersey, pada perusahaan asuransi Prudential.

Pada umumnya, orientasi pengawasan karyawan telah memberikan patokan untuk pendekatan hubungan kemanusiaan secara tradisional bagi kepemimpinan. Hasil-hasil dari penemuan Prudential telah banyak dikutip untuk membuktikan teori-teori hubungan kemanusiaan. Penemuan ini kemudian banyak diikuti oleh ratusan penemuan-penemuan berikutnya di bidang yang luas pada pemerintahan, industri, rumah sakit, dan organisasi lainnya. Sebagai bukti pada tahun 1961, Rensis Likert, direktur dari Institut Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Michigan, mengeluarkan hasil riset tahunannya yang berjudul New Pattern of Management.

 

D.     BAB IV (Teori-Teori Kepemimpinan)

Teori Sifat, teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri pada zaman Yunani kuno dan zaman Roma. Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan bukannya dibuat, Teori the great man menyatakan bahwa seorang yang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi yaitu, kecerdasan, kedewasaan dan kekuasaan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi dan sikap-sikap hubungan kemanusiaan.

Teori Kelompok, teori ini beranggapan bahwa kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus dapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikutnya. Suatu contoh penemuan Greene menyatakan bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan pekerjaan secara baik, maka pemimpin cenderung menekankan pada struktur pengambilan inisiatif (perilaku tugas). Barrow dalam study Laboratorium menekankan bahwa produktivitas yang lebih besar terhadap gaya kepemimpinan dibandingkan dengan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap produktivitas.

Teori Situasional dan Model Kontijensi, tahun 1967 Fred Fiedler mengusulkan suatu model berdasarkan situasi untuk efektivitas kepemimpinan konsep model ini dituangkan dalam bukunya A Theoty of Leadership Effectiveness.

Model Kepemimpinan Kontijensi dari Fiedler, model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan dalam hubungan dimensi- dimensi empiris yaitu, hubungan pemimpin anggota, derajat dari struktur tugas dan posisi kekuasaan pemimpin.

Teori Jalan Kecil-Tujuan (path goal theory), secara pokok teori path-goal berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi kepuasan dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Teori path-goal versi house memasukkan empat tipe atau gaya utama kepemimpinan yaitu kepemimpinan derectif, kepemimpinan yang mendukung, kepemimpinan partisipatif dan kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.

Pendekatan Social Learning dalam kepemimpinan, aplikasi dari kepemimpinan ini secara lebih spesifik ialah bawahan secara aktif ikut terlibat dalam proses kegiatan organisasi dan bersama-sama dengan pimpinan memusatkan pada perilaku sendiri dan perilaku lainnya. Contoh pendekatan ini adalah pemimpin lebih mengetahui dengan variable-variable mikro dan makro, pemimpin bekerjasama dengan bawahannya, pemimpin bersama-sama dengan bawahannya menemukan cara-cara untuk mengatur dan menguatkan organisasi.

 

E.      BAB V (gaya kepemimpinan)

Gaya Kepemimpinan Kontinun, gaya ini klasik menurut Robert Tennenbaum ada dua bidang pengaruh ekstream pertama, bidang pengaruh pimpinan kedua, bidang pengaruh kebebasan bawahan. Ada beberapa model keputusan pemimpin yaitu, pemimpin membuat keputusan dan memberi tahu bawahan, pemimpin menjual keputusan, pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide, pemimpin memberikan keputusan, pemimpin meemberikan persoalan.

          Gaya Managerial Grid, gaya kepemimpinan ini antara lain: manajer sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengannya, manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, gaya kepemimpinan dari manager ini adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, manajer menjalankan tugasnya secara otokratis, manager mempunyai sedikit pemikiran medium baik pada produksi maupun orang-orang.

          Tiga Kepemimpinan dari Reddin, dipopulerkan oleh W.J REDDIN. Gaya ini dibedakan menjadi dua yaitu gaya kepemimpinan efektif dan tidak efektif. Ada empat gaya kepemimpinan efektif yaitu:eksekutif, pencinta pengembangan , otokratis ,birokrat. Dan ada empat gaya kepemimpinan tidak efektif yaitu:  pencinta kompromi, missionary, otokrat dan lari dari tugas.

          Empat sistem Manajemen dari Likert, dalam penelitiannya Linkert telah mengembangkan suatu ide dan pendekatan yang penting untuk memahami prilaku pemimpin. Likert merancang empat kepemimpinan dalam manajemen yaitu: manajer dalam hal ini sangat otokratis, pemimpin dinamakan otokratis yang baik hati, gaya kepemimpinan lebih dikenal dengan sebutan manager, oleh linkert sistem ini dinamakan pemimpin yang bergaya kelompok (berpartisipatif).

 

F.      BAB VI (Kepemimpinan Situasional)

Kepemimpinan ini menurut Harley dan Blanchard adalah didasarkan pada saling berhubungan hal-hal berikut: jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan, tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut dalam melaksanakan fungsi dan tujuan tertentu.

Gaya Dasar Kepemimpinan, dalam hubungannya dengan perilaku pimpinan ini ada dua hal yang biasanya dilakukan oleh pemimpin kepada bawahan yaitu: perilaku pengarahan dan perilaku mendukung

Perilaku Gaya Dasar Kepemimpinan dalam Mengambil keputusan, perilaku dasar pemimpin yang mendapat tanggapan para pengikutnya sewaktu pemimpin tersebut melakukan proses pemecahan masalah dan pembuatan keputusan maka empat dasar yang telah diuraikan diatas  dapat diaplikasikan dan diidentifikasikan dengan suatu proses pengambilan keputusan tersebut.

Kematangan Para Pengikut, kematangan dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilaku sendiri.

Gaya Kepemimpinan, adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang kita tunjukan dan sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika kita berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Pola umum yang biasanya terlibat antara perilaku yang berorientasi pada tugas atau perilaku hubungan atau beberapa kombinasi dari keduanya, dua bentuk tugas ini dan hubungan yang merupakantitik pusat dari konsep kepemimpinan situasional. Pemimpin yang berhasil adalah mereka yang bisa menyesuaikan perilaku dirinya sesuai tuntutan dari keunikan lingkungannya.

Penyesuaian Gaya, penyesuaian gaya ini adalah suatu derajat perilaku pemimpin yang sesuai dengan kehendak dari suatu lingkungan tertentu. Gaya ini dapat juga dinamakan keluwesan gaya karena dengan mudah perilaku pemimpin tersebut menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu. Jika seorang pemimpin yang mempunyai tingkat gaya yang besar tidak efektif kalau gaya perilakunya tidak sesuai dengan tuntutan situasi.

 

G.     BAB VII (Kekuasaan Kepemimpinan)

Pengertian Kekuasaan, pelopor utama yang menggunakan istilah kekuasaan adalah sosiolog yang bernama max weber. Ia merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor didalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan menghilangkan halangan. Walter Nord merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran, energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.

Sumber dan bentuk kekuasaan, Amitai etziomi membahas bahwa sumber dalam bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan dan kekuasaan pribadi. Perbedaan keduanya ada pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku, kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi atau keduanya. Meskipun kekuasaan dan jabatan merupakan hal yang penting dan bermanfaat untuk menganalisa kekuasaan . French dan Raven membagi lima sumber kekuasaan yakni Kekuasaan paksaan, kekuasaan legitimasi, kekuasaan keahlian, kekuasaan penghargaan, kekuasaan referensi, kekuasaan informasi, kekuasaan hubungan. Aplikasi sumber-sumber kekuasaan pada kepemimpinan situasional adalah kekuasaan paksaan, kekuasaan hubungan, kekuasaan penghargaan, kekuasaan legitimasi, kekuasaan referensi, kekuasaan informasi, kekuasaan keahlian. Walaupun ketujuh sumber kekuasaan ini secara pontensial tersedia pada setiap pemimpin sebagai sarana untuk meyakinkan atau mempengaruhi perilaku lain, akan tetapi penting pula dicatat bahwa terdapat variasi perbedaan dalam kekuasaan.

 

H.    BAB VIII (Konfilik dan Kepemimpinan)

Istilah konflik akan membawa suatu kesan dalam pikiran seseorang bahwa dalam hal tertentu terdapat suatu pertikaian. Pertentangan antara beberapa orang atau kelompok orang-orang, tidak adanya kerja sama, perjuangan satu pihak untuk melawan pihak lainnya, atau suatu proses yang berlawanan sebagaimana disadari bersama bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal berikut: sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan yang bersaing, beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peran-peran dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan, banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi diantara dorongan dan tujuan, terdapat aspek-aspek yang positif dan negatif.

Konflik antar pribadi, terjadi jika ada dua orang atau lebih berinteraksi satu sama lain dalam melaksanakan tugasnya. Johari Window salah satu kerangka yang semakin terkenal untuk menganalisis dinamika interaksi antara diri seseorang dengan orang lain. Berikut ringkasan empat sel dari Johari yaitu: membuka diri, menutup diri, membutakan diri, tidak menemukan diri.

Strategi pemecahan konflik, strategi dasar menurut hasilnya dapat disebut Sama-sama merugi yaitu bahwa kedua pihak yang sedang konflik sama-sama merugi atau sama-sama kehilangan, Kalah menang yaiu dalam situasi konflik akan berusaha untuk memaksakan kekuatan untuk menang dan mengalahkan pihak lain, Sama-sama beruntung strategi pemecahan konflik menang-menang ini barangkali sesuai dengan keinginan-keinginan manusia dan organisasi.

Konflik organisasi, ada empat sumber organisasi yaitu, Suatu situasi yang tidak menunjukkan keseimbangan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, terdapatnya sarana-sarana yang tidak seimbang, terdapatnya suatu persoalan yang tidak selaras, timbulnya persepsi yang berbeda.

Strategi pemecahan konflik dalam organisasi, secara tradisional pendekatan konflik dalam organisasi dapat dilakukan secara sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut dapat didasarkan atas asumsi-asumsi berikut: konflik pasti dapat dihindari, konflik timbul karena adanya pemainnya yang menyebabkan konflik, kambing hitam diterima sebagai suatu yang tidak dihindari. Menurut Louis Pondy dalam mengatasi konflik ada meliputi 3 pendekatan yaitu: pendekatan tawar menawar, pendekatan birokratis,  pendekatan sistim.

 

Referensi : Miftah Thoha. 2019. Kepemimpinan dalam Manajemen.  Raja Grafindo Persada: Depok.

2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete